Sabtu, 28 Juni 2025
PW Hati Tak Bernoda SP Maria
PW S. Ireneus, Uskup dan Martir
Warna Liturgi: Putih
Channel Youtube Paroki Cilacap
SUMBER RENUNGAN: Buku Ruah; https://penakatolik.com/ dan https://www.youtube.com/@SalamFreshJuice
PW Hati Tak Bernoda SP Maria
PW S. Ireneus, Uskup dan Martir
Warna Liturgi: Putih
Channel Youtube Paroki Cilacap
SUMBER RENUNGAN: Buku Ruah; https://penakatolik.com/ dan https://www.youtube.com/@SalamFreshJuice
Hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena la telah berbuat baik kepadaku.
Marilah berdoa: Allah Bapa Yang Maha Mulia, Engkau telah menyediakan kediaman yang pantas bagi Roh Kudus dalam hati Santa Perawan Maria. Limpahkanlah rahmat-Mu agar berkat doa Santa Perawan Maria kami pun layak menjadi bait kemuliaan-Mu. Dengan pengantaraan Tuhan kami, . . .
U: Amin.
BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Yesaya
Beginilah firman Tuhan, (61:9) “Keturunan umat-Ku akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucu mereka di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati Tuhan.” (61:10) Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab la mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin pria yang mengenakan hiasan kepala dan seperti pengantin wanita memakai perhiasannya. (61:11) Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Busur para pahlawan telah patah, tetapi orang-orang lemah dipersenjatai kekuatan. Orang yang dulu kenyang kini harus mencari nafkah, tetapi yang dulu lapar kini boleh beristirahat. Orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi ibu yang banyak anaknya menjadi layu.
Tuhan berkuasa mematikan dan menghidupkan, la berkuasa menurunkan ke dalam maut dan mengangkat dari sana. Tuhan membuat miskin dan membuat kaya, la merendahkan dan meninggikan juga.
la menegakkan orang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang miskin dari lumpur, untuk mendudukkannya di antara para bangsawan, dan memberi dia kursi kehormatan.
Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
S : Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hati dan merenungkannya. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut LUKAS
(2:41) Tiap-tiap tahun, pada hari raya Paskah, orang tua Yesus pergi ke Yerusalem. (2:42) Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti lazimnya pada hari raya itu. (2:43) Selesai hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. (2:44) Karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. (2:45) Karena tidak menemukan Dia, kembalilah Maria dan Yusuf ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.
(2:46) Sesudah tiga hari, mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah. la sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (2:47) Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya. (2:48) Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia, tercenganglah mereka. Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” (2:49) Jawab Yesus kepada mereka, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (2:50) Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka.
(2:51) Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan la tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus
Perikop ini menceritakan peristiwa ketika Yesus yang berusia dua belas tahun tertinggal di Yerusalem. Maria dan Yusuf mencarinya dengan cemas selama tiga hari dan menemukan-Nya di Bait Allah, sedang duduk di tengah para ahli Taurat. Ketika Maria menegur-Nya, Yesus menjawab, “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49)
Peristiwa ini penuh makna rohani. Pertama, kita melihat bahwa sejak muda, Yesus sudah menyadari identitas dan misi-Nya: melakukan kehendak Bapa-Nya. Namun, yang menarik adalah bahwa setelah itu, Yesus tetap pulang ke Nazaret dan taat kepada orangtua-Nya. Ini menjadi teladan bagi kita bahwa ketaatan kepada kehendak Allah tidak bertentangan dengan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari—justru berjalan selaras.
Sementara itu, Maria, meskipun tidak sepenuhnya memahami perkataan Yesus, “menyimpan semua perkara itu dalam hatinya” (ay. 51). Di sinilah kita melihat sosok Maria sebagai Bunda yang penuh iman. Ia tidak menuntut penjelasan instan, tetapi merenungkan dalam diam, dalam relasi yang intim dengan Allah. Ia adalah gambaran dari hati yang terbuka, sabar, dan taat.
Renungan ini mengajak kita untuk meneladani dua hal: ketaatan Yesus dan kebijaksanaan hati Maria. Dalam hidup, kita tidak selalu memahami jalan Tuhan, dan mungkin kita pun seperti Maria—menyimpan banyak pertanyaan. Namun, justru dalam keheningan hati dan kesetiaan dalam hal kecil, kita dibentuk menjadi pribadi yang matang dalam iman.
Yesus yang muda telah memberi contoh: bahwa kedewasaan rohani dimulai dari keinginan untuk “berada di rumah Bapa”, mencari kehendak-Nya, dan hidup dalam ketaatan. Semoga kita pun semakin rindu untuk tinggal dalam hadirat-Nya dan taat dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, tempat kerja, maupun dalam Gereja.
Tuhan Yesus, ajarlah aku untuk seperti Engkau, yang sejak muda rindu tinggal dalam rumah Bapa dan hidup taat kepada-Nya. Berikanlah aku hati seperti Maria, yang sabar dan setia walau tidak selalu mengerti jalan-Mu. Tumbuhkan dalam diriku kerinduan untuk merenungkan sabda-Mu dan taat dalam setiap keputusan hidup. Jadikan keluargaku tempat di mana Engkau hadir dan dimuliakan. Semoga hidupku menjadi persembahan kasih bagi-Mu dan sesamaku. Dalam nama Yesus dan melalui doa Bunda Maria, aku serahkan diriku. Amin.
Ireneus lahir di Asia Kecil kira-kira pada tahun 140. Pendidikannya berlangsung di Smyrna. Pelajaran agama diperolehnya dari Santo Polykarpus, seorang murid Santo Yohanes Rasul. Riwayat hidupnya kurang diketahui, tetapi dari tulisan-tulisannya sendiri dapatlah diperoleh banyak informasi tentang dirinya.
Pada masa tuanya, ia mengirimkan sepucuk surat kepada seorang temannya di Smyrna. Dari surat itu diketahui kesannya terhadap pengajaran Santo Polykarpus. Sebagian suratnya dapat dibaca dalam kutipan berikut: “Peristiwa-peristiwa pada masa itu masih kuingat baik daripada yang terjadi baru-baru ini. Karena yang kita pelajari pada masa muda tumbuh subur dan mengakar dalam batin.
Saya masih mengingat dimana Polykarpus duduk ketika ia mengajar, bagaimana caranya berjalan dan bagaimana sikapnya. Saya masih ingat akan khotbah-khotbahnya kepada umat, dan bagaimana ia mengisahkan pergaulannya dengan Yohanes serta orang-orang lain yang menjadi saksi hidup Tuhan. Polykarpus mengajarkan apa yang didengarnya dari saksi-saksi mata kehidupan Yesus dan mukzijat-mukzijatNya.
Semua berkat kemurahan Allah itu telah kuterima dengan sepenuh hati dan kucatat bukannya di atas selembar kertas, melainkan di dalam hatiku, serta oleh rahmat Allah selalu kurenungkan dengan seksama”.
Irenues bekerja di Lyons sebagai seorang imam. Pada tahun 177, timbullah aksi penghambatan agama di Lyons. Uskup kota Lyons, Potinus, meninggal karena suatu penganiayaan yang kejam atas dirinya. Ireneus diangkat menjadi penggantinya. Sebagai uskup, ia menggembalakan umatnya dengan penuh perhatian dan cinta. Kepada umatnya ia selalu berkhotbah dalam bahasa setempat, meskipun ia sendiri dibesarkan dalam bahasa Yunani. Dalam kepemimpinannya, ia selalu berusaha membela ajaran iman yang benar. Ia juga memperjuangkan kesatuan Gereja dan menegakkan kewibawaan Paus.
Namanya Ireneus, yang berarti pencinta damai, diusahakan menjadi kenyataan di dalam seluruh hidupnya. Dalam perselisihan antara Gereja Latin dan Yunani tentang tanggal hari raya Paska, ia menjadi juru bicara Sri Paus. Ia meninggal pada tahun 202 selaku seorang martir Kristus.